Cirebon, Koran Pemuda (04/08/2020)
Setelah mangkatnya Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat, banyak terjadi perdebatan antara tokoh masyarakat, aktivis, para ahli sejarah, para ahli nasab, para tiang sepuh, bahkan dikalangan masyarakat umum terkait penerus dari Sultan Sepuh XIV, yang telah mangkat.
Banyak penilaian mengatakan bahwa anak dari Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat, yakni PRA Luqman Zulkaedin tidak dapat meneruskan tahta dan diangkat menjadi Sultan Sepuh XV, dikarenakan menurut beberapa sumber dan ahli sejarah termasuk Sultan Keraton Kaprabonan Cirebon, Dr. Ir. Pangeran Hempi Raja Kaprabon, MP yang telah mengeluarkan surat resmi Keraton Kaprabon perihal Pelurusan Sejarah Trah Sunan Gunung Jati Di Keraton Kasepuhan.
Bahwa yang seharusnya menjadi Sultan Sepuh adalah turunan garis lurus dari Kanjeng Sunan Gunungjati, sedangkan setelah wafatnya Sultan Sepuh V, Pangeran Mochamad Syafiudin Matangaji tahun 1786 , pada zaman pemerintahan kolonial belanda hingga sekarang yang menduduki tahta Sultan Sepuh adalah bukan keturunan atau trah dari Kanjeng Sunan Gunungjati, semua itu sering disebut dengan sejarah peteng.
Artinya mulai dari Sultan Sepuh VI hingga sultan sepuh XIV bukanlah keturunan atau trah asli dari Kanjeng Sunan Gunungjati (punggel). Sehingga PRA Luqman Zulkaedin dianggap tidak bisa meneruskan tahta dan diangkat menjadi Sultan Sepuh XV.
Pimpinan Santana Kasultanan Cirebon, Raden Heru Rusyamsi Arianatareja (Pangeran Kuda Putih), yang didukung oleh beberapa aktivis dan lembaga serta para sesepuh di Cirebon, menolak keras PRA Luqman Zulkaedin untuk meneruskan tahta dan diangkat menjadi Sultan Sepuh XV.
"Seharusnya luqman dan keluarga tahu diri ketika itu bukan HAK nya, saya harap mereka mau legowo dan berbesar hati untuk menyerahkan tahta kepda kami para putra turunan asli Kanjeng Sunan Gunung Jati,sudah cukup III generasi menikmati aset-aset dari leluhur kami". Ujar Rd.Heru Rusyamsi Arianatareja (Pangeran Kuda Putih) Kepada Koran Pemuda Indonesia
"Saya Tantang Luqman untuk debat sejarah secara terbuka dan buka-bukaan Nasab diri kita masing - masing didepan wargi,kerabat, masyarakat cirebon, dan instansi pemerintah. Agar tidak ada dusta diantara kita." Tegasnya
"Katakan benar jika itu benar, katakan salah jika itu salah, jangan ada pembenaran di atas kesalahan" Tutup Rd. Heru Rusyamsi Arianatareja (Pangeran Kuda Putih)
(Nashrun)